Selamat datang di UnikManca.Blogspot.Com

Cerita Rakyat Jambi Dalam Bahasa Inggris : Putri Tangguk

Jumat, 28 Desember 20127komentar

Cerita Rakyat Jambi Dalam Bahasa Inggris : Putri Tangguk - Cerita Rakyat Jambi atau tepatnya cerita rakyat daerah kerinci ini berjudul Putri Tangguk. Disini akan dibagikan dalam 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Intro Cerita Rakyat Jambi Putri Tangguk
Dimana Putri Tangguk merupakan seorang petani yang tinggal di Negeri Bunga Tanjung, Kecamatan Danau Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia. Ia memiliki sawah hanya seluas tangguk, tetapi mampu menghasilkan padi yang sangat melimpah. Pada suatu hari, Putri Tangguk dikejutkan dengan sebuah peristiwa aneh di sawahnya. Ia mendapati tanaman padinya telah berubah menjadi rerumputan tebal. Mengapa tanaman padi Putri Tangguk secara ajaib berubah menjadi rumput? Temukan jawabannya dalam cerita Putri Tangguk berikut ini!

* * *

Alkisah, di Negeri Bunga, Kecamatan Danau Kerinci Jambi, ada seorang perempuan bernama Putri Tangguk. Ia hidup bersama suami dan tujuh orang anaknya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ia bersama suaminya menanam padi di sawahnya yang hanya seluas tangguk. Meskipun hanya seluas tangguk, sawah itu dapat menghasilkan padi yang sangat banyak. Setiap habis dipanen, tanaman padi di sawahnya muncul lagi dan menguning. Dipanen lagi, muncul lagi, dan begitu seterusnya. Berkat ketekunannya bekerja siang dan malam menuai padi, tujuh lumbung padinya yang besar-besar sudah hampir penuh. Namun, kesibukan itu membuatnya lupa mengerjakan pekerjaan lain. Ia terkadang lupa mandi sehingga dakinya dapat dikerok dengan sendok. Ia juga tidak sempat bersilaturahmi dengan tetangganya dan mengurus ketujuh orang anaknya.

Pada suatu malam, saat ketujuh anaknya sudah tidur, Putri Tangguk berkata kepada suaminya yang sedang berbaring di atas pembaringan.

“Bang! Adik sudah capek setiap hari menuai padi. Adik ingin mengurus anak-anak dan bersilaturahmi ke tetangga, karena kita seperti terkucil,” ungkap Putri Tangguk kepada suaminya.

“Lalu, apa rencanamu, Dik?” tanya suaminya dengan suara pelan.

“Begini Bang! Besok Adik ingin memenuhi ketujuh lumbung padi yang ada di samping rumah untuk persediaan kebutuhan kita beberapa bulan ke depan,” jawab Putri Tangguk.

“Baiklah kalau begitu. Besok anak-anak kita ajak ke sawah untuk membantu mengangkut padi pulang ke rumah,” jawab suaminya.

“Ya, Bang!” jawab Putri Tangguk.

Beberapa saat kemudian, mereka pun tertidur lelap karena kelelahan setelah bekerja hampir sehari semalam. Ketika malam semakin larut, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Hujan itu baru berhenti saat hari mulai pagi. akibatnya, semua jalan yang ada di kampung maupun yang menuju ke sawah menjadi licin.

Usai sarapan, Putri Tangguk bersama suami dan ketujuh anaknya berangkat ke sawah untuk menuai padi dan mengangkutnya ke rumah. Dalam perjalanan menuju ke sawah, tiba-tiba Putri Tangguk terpelesat dan terjatuh. Suaminya yang berjalan di belakangnya segera menolongnya. Walau sudah ditolong, Putri Tangguk tetap marah-marah.

“Jalanan kurang ajar!” hardik Putri Tangguk.

“Baiklah! Padi yang aku tuai nanti akan aku serakkan di sini sebagai pengganti pasir agar tidak licin lagi,” tambahnya.

Setelah menuai padi yang banyak, hampir semua padi yang mereka bawa diserakkan di jalan itu sehingga tidak licin lagi. Mereka hanya membawa pulang sedikit padi dan memasukkannya ke dalam lumbung padi. Sesuai dengan janjinya, Putri Tangguk tidak pernah lagi menuai padi di sawahnya yang seluas tangguk itu. Kini, ia mengisi hari-harinya dengan menenun kain. Ia membuat baju untuk dirinya sendiri, suami, dan untuk anak-anaknya. Akan tetapi, kesibukannya menenun kain tersebut lagi-lagi membuatnya lupa bersilaturahmi ke rumah tetangga dan mengurus ketujuh anaknya.

Pada suatu hari, Putri Tangguk keasyikan menenun kain dari pagi hingga sore hari, sehingga lupa memasak nasi di dapur untuk suami dan anak-anaknya. Putri Tangguk tetap saja asyik menenun sampai larut malam. Ketujuh anaknya pun tertidur semua. Setelah selesai menenun, Putri Tangguk pun ikut tidur di samping anak-anaknya.

Pada saat tengah malam, si Bungsu terbangun karena kelaparan. Ia menangis minta makan. Untungnya Putri Tangguk dapat membujuknya sehingga anak itu tertidur kembali. Selang beberapa waktu, anak-anaknya yang lain pun terbangun secara bergiliran, dan ia berhasil membujuknya untuk kembali tidur. Namun, ketika anaknya yang Sulung bangun dan minta makan, ia bukan membujuknya, melainkan memarahinya.

“Hei, kamu itu sudah besar! Tidak perlu dilayani seperti anak kecil. Ambil sendiri nasi di panci. Kalau tidak ada, ambil beras dalam kaleng dan masak sendiri. Jika tidak ada beras, ambil padi di lumbung dan tumbuk sendiri!” seru Putri Tangguk kepada anak sulungnya.

Oleh karena sudah kelaparan, si Sulung pun menuruti kata-kata ibunya. Namun, ketika masuk ke dapur, ia tidak menemukan nasi di panci maupun beras di kaleng.

“Bu! Nasi dan beras sudah habis semua. Tolonglah tumbukkan dan tampikan padi!” pinta si Sulung kepada ibunya.

“Apa katamu? Nasi dan beras sudah habis? Seingat ibu, masih ada nasi dingin di panci sisa kemarin. Beras di kaleng pun sepertinya masih ada untuk dua kali tanak. Pasti ada pencuri yang memasuki rumah kita,” kata Putri Tangguk.

“Ya, sudahlah kalau begitu. Tahan saja laparnya hingga besok pagi! Ibu malas menumbuk dan menampi beras, apalagi malam-malam begini. Nanti mengganggu tetangga,” ujar Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk tertidur kembali karena kelelahan setelah menenun seharian penuh. Si Sulung pun kembali tidur dan ia harus menahan lapar hingga pagi hari.

Keesokan harinya, ketujuh anaknya bangun dalam keadaan perut keroncongan. Si Bungsu menangis merengek-rengek karena sudah tidak kuat menahan lapar. Demikian pula, keenam anaknya yang lain, semua kelaparan dan minta makan. Putri Tangguk pun segera menyuruh suaminya mengambil padi di lumbung untuk ditumbuk. Sang Suami pun segera menuju ke lumbung padi yang berada di samping rumah. Alangkah terkejutnya sang Suami saat membuka salah satu lumbung padinya, ia mendapati lumbungnya kosong.

“Hei, ke mana padi-padi itu?” gumam sang Suami.

Dengan perasaan panik, ia pun memeriksa satu per satu lumbung padinya yang lain. Namun, setelah ia membuka semuanya, tidak sebutir pun biji padi yang tersisa.

“Dik...! Dik...! Cepatlah kemari!” seru sang Suami memanggil Putri Tangguk.

“Ada apa, Bang?” tanya Putri Tangguk dengan perasaan cemas.

“Lihatlah! Semua lumbung padi kita kosong. Pasti ada pencuri yang mengambil padi kita,” jawab sang Suami.

Putri Tangguk hanya ternganga penuh keheranan. Ia seakan-akan tidak percaya pada apa yang baru disaksikannya.

“Benar, Bang! Tadi malam pencuri itu juga mengambil nasi kita di panci dan beras di kaleng,” tambah Putri Tangguk.

“Tapi, tidak apalah, Bang! Kita masih mempunyai harapan. Bukankah sawah kita adalah gudang padi?” kata Putri Tangguk.

Usai berkata begitu, Putri Tangguk langsung menarik tangan suaminya lalu berlari menuju ke sawah. Sesampai di sawah, alangkah kecewanya Putri Tangguk, karena harapannya telah sirna.

“Bang! Pupuslah harapan kita. Lihatlah sawah kita! Jangankan biji padi, batang padi pun tidak ada. Yang ada hanya rumput tebal menutupi sawah kita,” kata Putri Tangguk.

Sang Suami pun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya tercengang penuh keheranan menyaksikan peristiwa aneh itu. Dengan perasaan sedih, Putri Tangguk dan suaminya pulang ke rumah. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah. Selama dalam perjalanan, Putri Tangguk mencoba merenungi sikap dan perbuatannya selama ini. Sebelum sampai di rumah, teringatlah ia pada sikap dan perlakuannya terhadap padi dengan menganggapnya hanya seperti pasir dan menyerakkannya di jalan yang becek agar tidak licin.

“Ya... Tuhan! Itukah kesalahanku sehingga kutukan ini datang kepada kami?” keluh Putri Tangguk dalam hati.

Sesampainnya di rumah, Putri Tangguk tidak dapat berbuat apa-apa. Seluruh badannya terasa lemas. Hampir seharian ia hanya duduk termenung. Pada malam harinya, ia bermimpi didatangi oleh seorang lelaki tua berjenggot panjang mengenakan pakaian berwarna putih.

“Wahai Putri Tangguk! Aku tahu kamu mempunyai sawah seluas tangguk, tetapi hasilnya mampu mengisi dasar Danau Kerinci sampai ke langit. Tetapi sayang, Putri Tangguk! Kamu orang yang sombong dan takabbur. Kamu pernah meremehkan padi-padi itu dengan menyerakkannya seperti pasir sebagai pelapis jalan licin. Ketahuilah, wahai Putri Tangguk...! Di antara padi-padi yang pernah kamu serakkan itu ada setangkai padi hitam. Dia adalah raja kami. Jika hanya kami yang kamu perlakukan seperti itu, tidak akan menjadi masalah. Tetapi, karena raja kami juga kamu perlakukan seperti itu, maka kami semua marah. Kami tidak akan datang lagi dan tumbuh di sawahmu. Masa depan kamu dan keluargamu akan sengsara. Rezekimu hanya akan seperti rezeki ayam. Hasil kerja sehari, cukup untuk dimakan sehari. Kamu dan keluargamu tidak akan bisa makan jika tidak bekerja dulu. Hidupmu benar-benar akan seperti ayam, mengais dulu baru makan....” ujar lelaki tua itu dalam mimpi Putri Tangguk.

Putri Tangguk belum sempat berkata apa-apa, orang tua itu sudah menghilang. Ia terbangun dari tidurnya saat hari mulai siang. Ia sangat sedih merenungi semua ucapan orang tua yang datang dalam mimpinya semalam. Ia akan menjalani hidup bersama keluarganya dengan kesengsaraan. Ia sangat menyesali semua perbuatannya yang sombong dan takabbur dengan menyerakkan padi untuk pelapis jalan licin. Namun, apalah arti sebuah penyesalan. Menyesal kemudian tiadalah guna.

* * *

Demikian cerita Putri Tangguk dari Provinsi Jambi. Cerita di atas tergolong mitos yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di kalangan masyarakat Jambi, mitos ini sering dijadikan nasihat orang tua kepada anak-anaknya agar tidak menyia-nyiakan padi.

Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah keburukan sifat sombong dan takabbur. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Putri Tangguk yang telah meremehkan padi dengan cara menyerakkannya di jalan yang licin sebagai pengganti pasir. Akibatnya, hidupnya menjadi sengsara karena padi-padi tersebut murka kepadanya.

Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa harta dan pekerjaan dapat membuat seseorang lalai, lengah, dan tidak waspada dalam berbuat, sehingga mengakibatkan kebinasaan dan malapetaka. Orang yang memiliki sifat-sifat tersebut biasanya akan menyadari kesalahannya setelah tertimpa musibah. Sebagaimana dikatakan dalam ungkapan Melayu, “ingat setelah kena” (Tennas Effendy, 1995: 87). Hal ini tampak pada sikap dan perilaku Putri Tangguk, yang baru menyadari dan menyesali semua perbuatannya setelah tertimpa musibah, yakni padi ajaib enggan untuk kembali dan tumbuh lagi di sawahnya.

Sumber:
Kaslani. Buku Cerita Rakyat Dari Jambi 2. Jakarta: Grasindo. 1998.

Intro Cerita Rakyat Jambi Putri Tangguk Dalam Bahasa Inggris


This story is legend about Putri Tangguk, a woman who lived close to Lake (Danau) Kerinci in the Jambi Province, on the island of Sumatra.

Putri Tangguk lived together with her husband and seven children. To maintain the needs of their family, Putri Tangguk and her husband planted rice in a small rice field, which was only as wide as a fish trap. Although the rice field was very small, that field produced tremendous amounts of rice. After every time they harvested rice, it instantaneously emerged again and immediately began to ripen. They would again harvest it, and like always, it would immediately grow up and ripen again. This would happen continuously.  Their work would continue day and night, and with their harvest they had almost completely filled their 7 rice barns full of what they reaped. Although they were very busy with their work, they had forgotten about other tasks that needed attention. Putri Tangguk sometimes would forget to bathe. She also didn’t take the opportunity to maintain friendships with her neighbors and she would also neglect her seven children.

One evening when the children were already asleep, Putri Tangguk spoke to her husband, which at that time was lying down on the floor.

“Husband! I’m very tired of everyday harvesting rice. I desire to manage our children and maintain relationships with our neighbors. While in the rice fields all day, we are very isolated.”

“Okay then, what do you want to do? asked Putri Tangguk’s husband, with in a quiet and slow voice.
“This is what I wish to do: I want to fill the seven rice barns beside our home with rice to have all our rice needs met for several months into the future,” replied Putri Tangguk.

“Okay then, tomorrow take all our children to the rice fields to help carry the rice back to the barns,” he replied.

“Okay, great!” responded Putri Tangguk.

Several moments later they were all sound asleep, because they were all very tired from working day and night for so long. During the night a heavy rain began to fall and continued till morning. The results of the heavy rain was that the dirt path to the rice field became very slippery.

After breakfast, Putri Tangguk, together with her husband and seven children, departed for the rice field to harvest all the rice they could and bring it back to the 7 barns surrounding their home. Their plan was to completely fill the barns with rice. While they were walking toward the rice fields, Putri Tangguk slipped and fell. Her husband, that was following immediately behind her helped her up. After getting up, Putri Tangguk was very angry because of the muddy path.

“Stupid path!” snarled Putri Tangguk.

Being in a state of rage, and not thinking with common sense, Putri Tangguk thought, “I’ll take the rice I harvest and spread it on the path so it won’t be slippery anymore.”

After they had harvest a tremendous amount of rice, all of it was taken and spread on the path so it wouldn’t be slippery. They only were able to bring a small amount of rice back to their home and place it in their barns. As she promised, Putri Tangguk didn’t ever return to the rice field. She then began filling her daily work with weaving cloth. She made shirts for herself, her husband, and her children. Her busyness with weaving cloth caused her to forget about building and maintaining relationships with her neighbors and seven children.

One day Putri Tangguk was so preoccupied with weaving cloth, from morning till late at night, that she even forgot to cook rice for her husband and children. The seven children then fell asleep without having eaten. After Putri Tangguk finished weaving on that day, she also fell asleep beside her husband and children.
During the middle of the night the youngest child awoke because of his hunger pains. He was crying and asked for some food. Fortunately Putri Tangguk was able to persuade the child to fall asleep again. After another short duration of time other children woke up. In turn she again persuaded them all to go back to sleep. When the oldest child woke up and asked for food, Putri Tangguk didn’t try to persuade him to go back to sleep, she was angry with him.

“Hey, you’re already mature! You don’t need somebody to wait on you as if you were still a child. If you’re hungry, get some rice out of the pan and eat it. If there’s no rice in the pan, take some out of the storage can and cook it yourself. If there isn’t any there, go the rice barn and pound it into powder and cook it yourself!” called out Putri Tangguk to her oldest child.

Because he was very hungry, the oldest child followed his mother’s directions, but, when he went to the kitchen there wasn’t any rice there. There wasn’t any in the pan, nor was there any in the storage can.

“Mother! The rice is all gone. There isn’t any in the pan or in the storage can,” said the oldest child to his mother.

“What did you say? The rice is all gone? I remember that I had left rice in the pan the day before. Certainly there was still rice in the storage can, because two times I’ve cooked steamed rice and there should still be some there! A thief must have come into our home and stole our rice” said Putri Tangguk.

“Okay then, just try to endure without food till tomorrow morning! I would be a little embarrassed to winnow and pound rice while it is still the middle of the night. All our neighbors will hear the noise and I don’t want to wake them out of their sleep” said Putri Tangguk

After saying that Putri Tangguk fell back to sleep because she was very tired from having spent the entire day weaving. The oldest child also fell back asleep.

The next morning the seven children woke with their stomachs rumbling due to the hunger. The youngest was crying with a whimper because he wasn’t used to going without food that long and couldn’t endure. All of the children were then asking for food. Putri Tangguk immediately asked her husband to get some rice from the rice barn so she could pound it. The husband, wanting to meet the needs of his family, immediately went to a rice barn. The husband was totally shocked when he opened and looked inside the barn. It was empty!

“Hey, where did all of our rice go?” shouted the husband.

In a panic the husband inspected all of their 7 barns, and found  every one of them totally empty. There wasn’t even a single grain of rice left to be found in any of them.

“Putri Tangguk! Come here fast!” called out the husband to his wife.

“What’s the problem?” asked Putri Tangguk, with a very worried tone in her voice.

“Look! All of our rice barns are empty. Certainly there was a thief that came and took all of our rice,” said the husband.

Putri Tangguk just stood there with her mouth wide open in total shock. It was as if she couldn’t believe what she was seeing.

“Yes! Last night a thief also took the rice out of our pan, as well as the rice we had in our storage can,” added Putri Tangguk.

“But, it’s not a problem! We still have hope. Don’t we still have a rice field that produces a bumper crop of rice?” asked Putri Tangguk.

After saying that, Putri Tangguk immediately pulled the hand of her husband and ran toward the rice field. When they arrived at the rice field they were again filled with total shock and amazement, because Putri Tangguk’s hope had all faded away.

“Oh my husband, all our hope is destroyed! Look at our rice field? There isn’t a single grain of rice, nor is there a single stalk of rice in our field. It’s all overgrown with thick grass,” said Putri Tangguk.

The husband didn’t do or say anything. He just stood there dumbfounded, full of amazement at all that had just taken place. With great feelings of sadness, Putri Tangguk and her husband returned home. On the walk back to their home their feet felt increasingly heavy with every step. During their journey home, Putri Tangguk thought deeply about her character and actions during the last several months. Before they arrived at their home she remembered what she did when she took the rice and spread it like sand on the muddy path, so it wouldn’t be slippery anymore.

Putri Tangguk groaned in her heart; “Oh my God! This is all my fault, and we’ve been cursed because of what I’ve done.”

After they arrived at their home, Putri Tangguk wasn’t able to do or say anything. Her entire body went limp. Almost the entire day she sat and contemplated what she had done. When the evening came she had a dream of an elderly man with a long beard who was wearing white clothing.

“Hey Putri Tangguk! I know you have a rice field that is as wide as a fish trap, even so, that small rice field is able to produce so much rice that you could make a mountain out of it, even a mountain the size of Mount Kerinci. But I’m sorry, Putri Tangguk! You are a proud and arrogant person. You thought little of the rice you harvested, which you wastefully used as sand to spread on the muddy path between your home and your rice field. You need to understand Putri Tangguk, that among the grains of rice you scattered on the muddy path, there was a single black stalk. That black stalk was our king.   If it was only the other rice that you used, there wouldn’t be a problem. But, because our king was also spread out on the muddy path, we all became angry. We will no longer come and grow in your rice field. In the future, you and your family will suffer. To obtain your daily food, you will to scratch, claw, and scavenge like a chicken to find enough. Your hard labor will only produce enough food for you to be able to eat that same day. You and your family will not be able to eat if you don’t work first. Your life will truly become like that of a chicken; scratch, claw, and scavenge, and then you can eat,” said the elderly white haired man with the white clothing, in Putri Tangguk’s dream.

Once Putri Tangguk woke from her sleep, she was very sad and contemplated about all that the elderly white haired man has said. She knew that for the rest of her life, together with her family, she would life a life of misery and experience great hardships. She greatly regretted all that she had done, as well as regretted her pride and arrogance when she spread the rice on the muddy path. Even with all her feelings of regret, there wasn’t anything she could do to change her future of misery.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
The story of Putri Tangguk originates from the Jambi Province of the island of Sumatra. The story is considered a myth, though it contains moral lessons that are used in daily life. One moral that is passed along to children through this story is that children should not waste rice.
Another moral communicated with this story is about the terrible character trait of pride and arrogance. These negative character traits can create permanent damage to a person and to everyone they are associated with.

Demikianlah Cerita Rakyat Jambi Dalam Bahasa Inggris yang berjudul Putri Tangguk. Dapatkan Cerita Rakyat Indonesia Lainnya di rubrik Cerita Rakyat dan jangan lupa share keteman-temannya baik via twitter maupun via facebook. Terima Kasih

+ komentar + 7 komentar

16 Januari 2018 pukul 08.00

Bosan main poker sama ROBOT? Kapan untungnya?
Kini Hadir Game Terbaru ===>> GAME SAKONG
Mari.. bergabung bersama kami di ROYALQQ, main poker tanpa Robot 100% player vs player.
Deposit Minimum Rp. 15.000
www,royalqq,poker
Support Bank BCA, MANDIRI, BNI, BRI
add 2B68D666

16 Januari 2018 pukul 08.14

Bosan main poker sama ROBOT? Kapan untungnya?
Kini Hadir Game Terbaru ===>> GAME SAKONG
Mari.. bergabung bersama kami di ROYALQQ, main poker tanpa Robot 100% player vs player.
Deposit Minimum Rp. 15.000
www,royalqq,poker
Support Bank BCA, MANDIRI, BNI, BRI
add 2B68D666

3 Agustus 2018 pukul 13.45

baca berita unik disini aja beritaunik.xyz | coba juga aplikasi androidnya BeritaUnikXYZ di playstore

29 Agustus 2018 pukul 15.06

Nonton pertandingan bola pasti kurang seru tanpa taruhan
Ayo pasang taruhan anda bersama kami WWW.MGMCASH88.COM
Akun taruhan olah raga terbaik dan terpecaya di Asia
- SBOBET
- MAXBET
- 368BET
- Tangkas
- Livecasino
- Sabung Ayam
(Baccarat,Sicbo/Dadu,Slot)

Minimal deposit Rp 50.000
Minimal Withdraw Rp 100.000

Info lengkap hubungi live support custumer service 24 jam di :
PIN BBM : 7B2EC260
PIN BBM : D8796C4C
WHATSAAP : +66615620266
LINE : mgmcash88

30 Oktober 2018 pukul 15.56

Menangkan Jutaan Rupiah dan Dapatkan Jackpot Hingga Puluhan Juta Dengan Bermain di www(.)SmsQQ(.)com

Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
-Situs Aman dan Terpercaya.
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor Dana & Tarik Dana Akan Diproses Dengan Cepat (Jika Tidak Ada Gangguan).
- Bonus Turnover 0.3%-0.5% (Disetiap Harinya)
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Pelayanan Ramah dan Sopan.Customer Service Online 24 Jam.
- 4 Bank Lokal Tersedia : BCA-MANDIRI-BNI-BRI

8 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar66

Info Lebih Lanjut Hubungi Kami di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699

4 Juni 2019 pukul 19.23

INGIN CEPAT JADI JUTAWAN YUK MARI GABUNG SEKARANG JUGA

KharismaPoker Menjadi SitusBandarQQ Online Terprcaya Indonesia

Promo yang diberikan :
Minimal DP dan WD Rp. 20.000.
Support bank lokal : BCA, BNI, BRI, MANDIRI, dan DANAMON.

Bisa dimainkan di iPhone, Android, PC / Laptop.

Kami Menyediakan 8 game Dalam Satu User ID
*POKER
*DOMINO99
*BANDARQ
*BANDARPOKER
*BANDAR66
*SAKONG
*ADUQQ
*CAPSA SUSUN


Siap Melayanani Anda 24 jam
Bonus REFERRAL 20% setiap minggunya (seumur hidup)
Bonus CASHBACK 0.3- 0,5% setiap hari
Contact resmi kharismaPoker :


LIVE CHAT ; DISINI
Telp :+85587983703
BBM ; khpk02
WA : +85587983703
LINE ; khpk02

12 Agustus 2019 pukul 18.59

https://unikmanca.blogspot.com/2013/02/buaya-terbesar-di-dunia-filipina-mati.html?showComment=1565611123756#c2228816046411998081

Posting Komentar

 
Support : Cara Gampang | Creating Website | Johny Template | Mas Templatea | Pusat Promosi
Copyright © 2011. Berita Unik Dari Blogger Manca Negara - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger